Jakarta, 4 Juli 2025 – Ketika transisi ke kendaraan listrik (EV) menjadi agenda global, sejumlah negara di Asia Tenggara mulai menunjukkan kemajuan signifikan. Salah satunya adalah Vietnam, yang berhasil membangun ekosistem kendaraan listrik dalam waktu singkat lewat sinergi antara pemerintah, industri nasional, dan insentif yang tepat sasaran. Indonesia pun dinilai perlu belajar dari pendekatan Vietnam jika ingin menjadi pemain utama di sektor kendaraan listrik regional.
Pengamat industri otomotif dan elektrifikasi, Dr. Haryo Santoso dari Institute for Sustainable Mobility, menyatakan bahwa keberhasilan Vietnam bukan hanya pada pengembangan kendaraan listrik, tapi juga pada ekosistem pendukung yang mereka ciptakan — mulai dari infrastruktur pengisian daya, produksi baterai domestik, hingga dukungan terhadap pemain lokal seperti VinFast.
🔋 Vietnam: Akselerasi Cepat Berbasis Industri Lokal
Vietnam melalui VinFast — anak perusahaan Vingroup — berhasil mengekspor mobil listrik ke Amerika Serikat dan Eropa dalam waktu hanya 5 tahun setelah peluncuran. Kunci keberhasilannya meliputi:
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
-
Investasi langsung pemerintah dalam pabrik baterai dan teknologi pengisian cepat
-
Subsidi pembelian EV yang agresif dan konsisten
-
Insentif fiskal untuk manufaktur dan relaksasi impor komponen EV
-
Pengembangan SDM otomotif listrik di politeknik dan universitas
-
Keberanian membangun merek nasional untuk bersaing secara global
“Vietnam tidak takut memulai dari nol dan fokus membangun brand sendiri. Ini contoh penting bagi Indonesia,” kata Dr. Haryo.
🇮🇩 Indonesia: Potensi Besar, Tapi Terhambat Regulasi dan Fragmentasi
Indonesia sebenarnya punya modal besar: cadangan nikel sebagai bahan baku baterai, pasar domestik yang besar, dan investor global yang mulai masuk. Namun, ekosistemnya masih terfragmentasi.
-
Belum ada kebijakan menyeluruh untuk kendaraan listrik roda dua dan empat
-
Infrastruktur pengisian masih minim, terutama di luar Pulau Jawa
-
Proses perizinan dan insentif belum terintegrasi
-
Ketergantungan pada merek luar negeri tanpa mendorong merek lokal secara serius
⚙️ Langkah Strategis yang Harus Ditempuh RI
-
Dorong industri baterai lokal berbasis nikel yang dikelola berkelanjutan
-
Kembangkan ekosistem EV dari hulu ke hilir, termasuk pengisian, bengkel EV, dan pelatihan teknisi
-
Percepat perizinan dan insentif untuk investor kendaraan listrik lokal
-
Bangun merek otomotif lokal atau kolaborasi dengan produsen asing
-
Perluas edukasi publik tentang manfaat dan keamanan EV
🏭 Kunci: Bangun Merek Nasional & Infrastruktur Massal
“Vietnam menunjukkan bahwa membangun merek nasional seperti VinFast lebih berdampak daripada sekadar mengimpor EV dari luar. Jika RI serius ingin jadi pusat EV ASEAN, kita harus lebih berani mendorong pemain lokal seperti Esemka, WIKA EV, atau kolaborasi startup nasional,” tegas Haryo.
📌 Kesimpulan
Vietnam bukan hanya membangun kendaraan listrik, tapi juga membangun narasi kemandirian teknologi. Indonesia bisa lebih cepat dari Vietnam jika mampu menyatukan visi pemerintah, pelaku industri, dan konsumen dalam satu ekosistem yang saling mendukung.
“Kita jangan hanya jadi pasar EV, tapi juga pemain. Belajar dari Vietnam bukan soal meniru, tapi memahami bagaimana tekad politik, regulasi yang jelas, dan strategi jangka panjang bisa mengubah peta industri,” tutup Dr. Haryo.