Terpencil di Pulau Seram, Maluku, berdirilah Gunung Binaiya, gunung tertinggi di Kepulauan Maluku dengan ketinggian mencapai 3.027 meter di atas permukaan laut. Dikenal sebagai salah satu dari “Seven Summits of Indonesia”, Gunung Binaiya menyuguhkan tantangan ekstrem sekaligus pesona alam tropis yang masih perawan. Dengan hutan hujan lebat, kabut abadi, dan kisah-kisah mistis dari tanah adat Seram, Binaiya menjadi destinasi impian para pendaki sejati yang menginginkan petualangan di luar jalur mainstream.
Gunung Tertinggi Maluku dengan Medan Ekspedisi
Gunung Binaiya terletak dalam kawasan Taman Nasional Manusela, yang merupakan salah satu kawasan konservasi penting di Indonesia bagian timur. Jalur menuju puncaknya bukan sekadar pendakian, melainkan ekspedisi lintas hutan belantara, sungai, rawa, dan jalur curam yang membutuhkan fisik prima dan mental kuat.
Tidak seperti gunung-gunung di Jawa atau Sumatera yang relatif mudah dijangkau, perjalanan menuju Binaiya dimulai dari Kota Ambon, lalu menyeberang ke Pulau Seram, dan melanjutkan perjalanan darat dan sungai ke desa-desa di kaki gunung. Pendakian ini membutuhkan waktu 6 hingga 9 hari pulang-pergi, tergantung jalur dan kondisi cuaca.
Jalur Pendakian: Dari Sawai hingga Kanikeh
Ada dua jalur utama yang biasa digunakan untuk mendaki Gunung Binaiya:
-
Jalur Selatan (Desa Piliana atau Kanikeh)
Jalur ini lebih umum dan cocok untuk ekspedisi tim besar. Pendaki akan melewati hutan hujan tropis, tanjakan curam, serta lembah-lembah sempit yang penuh lumpur dan kabut. -
Jalur Utara (Desa Sawai)
Jalur ini lebih jarang digunakan dan lebih liar. Cocok untuk pendaki berpengalaman yang menginginkan pengalaman lebih ekstrem dengan tingkat isolasi tinggi.
Di sepanjang jalur, pendaki akan menemui pepohonan raksasa, burung-burung endemik, dan lembah-lembah berhawa dingin yang terasa magis. Kabut sering kali menyelimuti jalur dan hutan, menambah nuansa mistis yang khas dari Pulau Seram.
Keanekaragaman Hayati Taman Nasional Manusela
Gunung Binaiya berada dalam Taman Nasional Manusela, rumah bagi banyak spesies flora dan fauna langka yang hanya ditemukan di Maluku. Di antaranya:
-
Burung Nuri Seram (Lorius domicella) yang berwarna merah mencolok.
-
Cuscus endemik (sejenis marsupial mirip kukang).
-
Aneka anggrek liar, lumut, dan pakis tropis.
Ekosistem di sekitar Binaiya sangat penting secara ekologis dan ilmiah. Pendakian ke sini memberikan kesempatan untuk menyaksikan langsung kekayaan biodiversitas tropis Indonesia timur yang luar biasa.
Nilai Budaya dan Spiritualitas
Pulau Seram dikenal oleh masyarakat lokal sebagai “Tanah Para Dewa”. Gunung Binaiya sendiri dianggap sakral oleh sebagian komunitas adat di sekitarnya. Banyak yang percaya bahwa roh-roh leluhur bersemayam di gunung ini, sehingga sebelum mendaki, pendaki disarankan untuk meminta izin secara adat kepada masyarakat lokal.
Ritual adat seperti “Tepu” (permohonan keselamatan) biasanya dilakukan di desa awal pendakian. Ini mencerminkan keterikatan kuat antara manusia dan alam dalam budaya Maluku.
Tips Pendakian Gunung Binaiya
-
Siapkan fisik dan mental, karena pendakian akan berlangsung dalam waktu lama dan medan yang sangat liar.
-
Gunakan jasa porter dan pemandu lokal, karena jalur tidak memiliki banyak penanda.
-
Bawa perlengkapan lengkap, termasuk tenda tahan air, jas hujan, GPS/manual navigasi, dan logistik memadai.
-
Hormati budaya lokal dan ikuti prosedur adat, termasuk izin ke kepala desa.
-
Lakukan pendakian saat musim kemarau (sekitar Mei–Oktober) untuk menghindari jalur becek ekstrem.
Kesimpulan:
Gunung Binaiya adalah pengalaman mendaki yang tidak akan ditemukan di tempat lain. Ia adalah gabungan dari keindahan tropis, hutan purba, kabut yang abadi, dan nuansa spiritual yang dalam. Tidak hanya puncak tertinggi Maluku, Binaiya adalah simbol kekuatan dan keagungan tanah Seram—tempat di mana alam berbicara dengan cara yang liar, megah, dan penuh makna. Bagi para pencari tantangan dan makna di tengah alam liar, mendaki Binaiya bukan hanya sebuah ekspedisi—tetapi perjalanan jiwa.