Singapura: Strategi Pemerintah Menghadapi Dampak Resesi Tarif Global

Melihat Strategi Ekonomi Beberapa Negara Yang Digempur Wabah Virus Corona -  ABC News

Singapura, sebagai pusat perdagangan dan keuangan global, menghadapi tantangan signifikan akibat ketegangan perdagangan internasional, terutama perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dan China. Pada kuartal pertama 2025, ekonomi Singapura mengalami kontraksi 0,6% secara kuartalan, memicu kekhawatiran akan resesi teknikal. Namun, pada kuartal kedua, ekonomi negara ini berhasil tumbuh 1,4% secara kuartalan, menghindari resesi teknikal dan menunjukkan ketahanan ekonomi yang kuat. Detik Finance+5Infobank News+5KOMPAS.com+5Bisnis.com

Faktor Penyebab Resesi Tarif

Penyebab utama resesi tarif ini adalah kebijakan tarif yang diterapkan oleh AS terhadap negara-negara mitra dagang, termasuk Singapura. Presiden AS, Donald Trump, mengumumkan penerapan tarif impor sebesar 25% pada produk dari Singapura, meskipun negara ini memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan AS. Tarif ini menyebabkan gangguan dalam rantai pasokan global dan menurunkan permintaan ekspor dari Singapura.Detik Finance+1KOMPAS.com+1

Respons Kebijakan Pemerintah Singapura

Menanggapi dampak negatif dari perang tarif ini, pemerintah Singapura telah mengambil langkah-langkah strategis untuk memitigasi efeknya. Otoritas Moneter Singapura (MAS) telah melonggarkan kebijakan moneter dengan membiarkan nilai tukar dolar Singapura menguat atau melemah terhadap mata uang mitra dagang, guna menjaga daya saing ekspor. Selain itu, pemerintah juga telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2025 menjadi 0%–2%, dari sebelumnya 1%–3%, untuk mencerminkan kondisi ekonomi global yang lebih menantang. kontan.co.id+7Banyumas Ekspres+7KOMPAS.com+7KOMPAS.com+3CNBC Indonesia+3KOMPAS.com+3KOMPAS.com+5Bisnis.com+5Detik Finance+5

Dampak Sektor Ekonomi

Sektor manufaktur Singapura, yang sangat bergantung pada ekspor, mengalami penurunan akibat tarif yang diterapkan oleh AS. Namun, sektor jasa dan konstruksi menunjukkan pertumbuhan positif, berkontribusi pada pemulihan ekonomi secara keseluruhan. Meskipun demikian, ketidakpastian global tetap menjadi tantangan bagi Singapura, dengan risiko penurunan permintaan eksternal dan volatilitas pasar keuangan yang dapat mempengaruhi prospek ekonomi ke depan.KOMPAS.com

Kesimpulan

Singapura berhasil menghindari resesi teknikal berkat kebijakan ekonomi yang responsif dan adaptif terhadap perubahan kondisi global. Namun, tantangan dari perang tarif dan ketidakpastian ekonomi global tetap membayangi. Pemerintah Singapura perlu terus memantau perkembangan situasi internasional dan menyesuaikan kebijakan untuk memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan stabil.

Related Posts

KTT G20 Brasil Dorong Diskusi Pajak Digital dan Pajak untuk Miliarder

Pada KTT G20 yang digelar di Brasil, pemimpin dunia menyampaikan deklarasi bersama yang menyoroti beberapa inisiatif penting, termasuk upaya memperkuat kerja sama perpajakan digital dan jamak—sebuah langkah lanjutan dari deklarasi…

“AS Paten Kebijakan Tarif Berjangka: Apa Arti untuk Investor?”

Pada 2 April 2025, Presiden AS Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif berjangka yang signifikan, menaikkan tarif impor hingga 245% untuk barang-barang dari China dan 20% untuk Uni Eropa. Langkah ini…

You Missed

KTT G20 Brasil Dorong Diskusi Pajak Digital dan Pajak untuk Miliarder

Pakistan Terjebak Krisis Politik & Ekonomi: IMF Tunda Dana dan Bantuan Tak Tercapai

Penguatan Rantai Pasok Logistik Nasional: Strategi Menuju Efisiensi dan Daya Saing Global

Membangun Pusat Pelatihan Keterampilan Digital untuk Mendukung Transformasi Digital Nasional

Pemilu 2024–2025: Dinamika Menuju Demokrasi Mapan

Pasar Tradisional Go Digital: QRIS dan E‑Warung Kini Semakin Masif Diterapkan