
Jakarta – Dunia perfilman Indonesia kehilangan salah satu tokoh pentingnya. Christine Hakim, aktris legendaris yang telah berkarya selama lebih dari lima dekade, secara resmi mengumumkan pensiunnya dari dunia akting pada usia 68 tahun. Keputusan ini disampaikan dalam konferensi pers bertajuk “Sang Waktu & Warisan” yang digelar di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta.
Dalam suasana haru dan penuh nostalgia, Christine menyampaikan bahwa waktunya telah tiba untuk memberikan ruang bagi generasi muda, sekaligus memusatkan perhatian pada dua hal yang selama ini menjadi perhatiannya: pendidikan seni dan pelestarian lingkungan.
“Saya tidak pernah benar-benar meninggalkan seni. Saya hanya berpindah peran, dari pemain menjadi penggerak, dari layar menjadi akar,” tutur Christine sambil menahan air mata.
Karier Emas Seorang Ikon
Christine Hakim memulai kariernya pada tahun 1973 dalam film “Cinta Pertama” karya Teguh Karya, dan sejak itu menjadi salah satu ikon perfilman nasional dan internasional. Beberapa pencapaian penting dalam kariernya antara lain:
-
6 kali Piala Citra untuk Aktris Terbaik.
-
Penghargaan seumur hidup dari Asia Pacific Screen Awards.
-
Peran ikonik dalam film Tjoet Nja’ Dhien, yang menjadi wakil Indonesia di Festival Film Cannes 1989.
-
Muncul dalam film Hollywood Eat Pray Love (2010) bersama Julia Roberts.
Ia juga pernah ditunjuk sebagai juri dalam Festival Film Cannes, Berlinale, dan Venice Film Festival, menjadikannya satu-satunya aktris Indonesia yang mendapat kehormatan tersebut.
Fokus Baru: Akademi Seni & Alam
Pasca pensiun, Christine akan memimpin proyek CH Art & Earth Institute, sebuah pusat pendidikan seni dan ekologi yang dibangun di kawasan pegunungan Menoreh, Yogyakarta. Institut ini akan menjadi ruang belajar kreatif bagi seniman muda dan aktivis lingkungan dari seluruh penjuru Indonesia.
Program-program di dalamnya mencakup:
-
Residensi seni dan teater komunitas.
-
Konservasi budaya dan pelatihan kerajinan tradisional.
-
Pendidikan lingkungan berbasis ekologi spiritual.
-
Workshop akting dan penulisan naskah untuk pemuda daerah.
“Saya ingin meninggalkan sesuatu yang hidup, bukan hanya dikenang, tapi terus tumbuh,” ungkap Christine.
Reaksi Dunia Seni dan Masyarakat
Kabar pensiun ini disambut dengan penghormatan besar dari insan film dan budaya. Aktor dan sutradara seperti Joko Anwar, Reza Rahadian, Dian Sastrowardoyo, hingga Garin Nugroho memberikan testimoni penuh penghargaan di media sosial dan televisi nasional.
Bahkan sineas internasional seperti Ang Lee dan Apichatpong Weerasethakul memberikan pujian. “Christine Hakim adalah wajah Asia yang berkelas, penuh jiwa, dan abadi dalam sinema,” tulis Ang Lee dalam surat terbuka.
Presiden RI juga memberikan penghargaan khusus berupa Bintang Budaya Parama Dharma, sebagai bentuk pengakuan atas dedikasinya yang luar biasa di bidang seni dan budaya Indonesia.
Acara Perpisahan: Retrospektif & Teater Terakhir
Sebagai bagian dari rangkaian pensiunnya, akan digelar retrospektif film-film Christine Hakim selama sebulan penuh di berbagai kota besar, termasuk Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya. Selain itu, ia akan tampil terakhir kalinya di atas panggung teater dalam drama epik “Nyanyi Sunyi Sang Pemula”, adaptasi puisi karya W.S. Rendra yang akan digelar di Teater Jakarta, TIM.
“Saya tidak pamit untuk menghilang. Saya pamit untuk memberi,” katanya menutup acara konferensi pers dengan suara yang tetap berwibawa.
Penutup
Christine Hakim bukan sekadar aktris. Ia adalah lambang keteguhan budaya, kecerdasan emosi, dan kekuatan perempuan Indonesia dalam seni. Dengan keputusannya untuk pensiun, ia mengukir akhir yang bukan akhir—melainkan permulaan baru sebagai pemimpin spiritual dan pendidikan seni bagi generasi masa depan.